
infobadar.com – Meskipun Kota Samarinda semakin berkembang sebagai kota penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), masalah kemiskinan ekstrem tetap menjadi isu serius yang memerlukan perhatian mendalam. Berdasarkan data terbaru, sekitar 299 keluarga, yang mencakup 0,17 persen dari total 1.502 jiwa di Samarinda, masih hidup dalam kondisi kemiskinan ekstrem pada tahun 2024.
Pemerintah Kota Samarinda telah meluncurkan beberapa inisiatif untuk mengatasi masalah ini, termasuk Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat (Probebaya) dan Social Security Number (SSN). Namun, angka kemiskinan ekstrem menunjukkan fluktuasi dalam empat tahun terakhir, dari 41,92 ribu jiwa pada tahun 2020, meningkat menjadi 42,84 ribu jiwa pada tahun 2021, turun menjadi 41,95 ribu jiwa pada tahun 2022, dan sedikit menurun lagi menjadi 41,89 ribu jiwa pada tahun 2023.
Asisten I Pemerintah Kota Samarinda, Ridwan Tassa, menjelaskan bahwa saat ini fokus utama adalah mendata dan memahami penyebab utama kemiskinan ekstrem dengan pendekatan yang lebih konkret. “Kami menekankan pentingnya verifikasi data yang akurat serta pendekatan langsung yang mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan setiap keluarga, termasuk akses kerja, program bedah rumah, dan pelatihan usaha kecil dan menengah,” ujar Ridwan Tassa pada hari Senin, 9 September 2024.
Selain itu, Pemkot Samarinda juga menyediakan bantuan kebutuhan pokok senilai Rp 700 ribu per keluarga miskin ekstrem dan membuka peluang kerja melalui pusat-pusat UMKM. Pemkot Samarinda berkomitmen untuk terus mencari solusi terbaik dalam mengentaskan kemiskinan, meski tantangan yang ada cukup kompleks dan memerlukan pendekatan berkelanjutan serta dukungan dari berbagai pihak.
“Harapannya, program-program ini dapat memberikan kesempatan bagi warga yang berada dalam kategori miskin ekstrem untuk meningkatkan taraf hidup mereka,” tutup Ridwan Tassa.